Jumat, 24 April 2009

Ansor Jabar-Dede Yusuf Berantas Vila Liar

Wednesday, 4 March 2009 19:53

Bogor (GP-Ansor): Gerakan penghijauan yang selama ini menjadi langkah Ansor Jawa Barat tampaknya bersinergi dengan Program Pemda Jawa Barat. Apalagi Wakil Gubernur Jawa Barat berani meminta pejabat negara negara tak punya vila di kawasan Puncak. “Gerakan ini semata-mata untuk penyelamatan lingkungan. Ini selaras dengan langkah Ansor dalam mengembalikan blok hijau.”

Demikian dikatakan Wakil Gubernur Jawa Barat, Dede Yusuf saat penanaman pohon dalam rangka pemulihan kualitas lingkungan hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung di Kampung Sukatani, Desa Tugu Utara, Kec Cisarua, Kabupaten Bogor 4 Maret 2009. Adapun sejumlah menteri yang hadir Menteri PU Djoko Kirmanto, Menhut M.S. Ka’ban, Mentan Anton Apriantono, Menteri LH Rachmat Witoelar dan Sekretaris PW Ansor Jawa Barat, Iwan Alamsyah.

Diakui Dede, Bopuncur merupakan kawasan strategis dan menjadi kawasan lindung bagi konservasi DAS Ciliwung yang airnya mengalir sampai Ibu Kota Jakarta. “Para menteri yang hadir di sini saya yakin tidak punya vila di kawasan terlarang karena menteri menterinya zaman reformasi,” jelasnya.

Selama ini pemerintah kesulitan menertiban kawasan Bopuncur karena banyak berdiri vila yang dimiliki orang kuat Jakarta, termasuk sejumlah pejabat Orde Baru dan para pensiunan jenderal. “Bersama empat menteri yang hadir di sini, kita akan tegas menegakan aturan. Tapi Pemprov harus dapat support pusat,” ungkap Dede.

Lebih jauh kata salah satu nominasi capres PAN ini, dia mengusulkan pemerintah pusat memberi kewenangan kepada daerah dalam pengelolaan DAS Ciliwung. Wagub juga minta pemerintah pusat menyelamatkan seluruh DAS. “Jangan karena Ciliwung melintas ibu kota negara lalu pusat begitu serius. Kita ingin seluruh DAS diselamatkan,” tandasnya.

Sementara itu, Sekretaris PW Ansor Jawa Barat, Iwan Alamsyah mendukung langkah Wagub Jawa Barat, Dede Yusuf yang menertibkan vila-vila liar, alias tak memiliki izin. “Tampaknya agenda Ansor juga memiliki kesamaan pandangan dengan Dede Yusuf, karena itu kita mendukung langkah menertibkan vila-vila yang tak memiliki ijin,” katanya.

Menurut Iwan, Blok Hijau yang sempat diluncurkan Ketua umum Saifullah Yusuf sudah berjalan di beberapa daerah, Garut, Tasikmalaya, Depok dan lain-lainnya. “Beberapa waktu lalu, sudah berjalan aksi penghijauan di Garut, aksi penanaman pohon cemara, Tasikmalaya pohon buah-buahan dan Depok menanam pohon belimbing,” jelasnya.

Yang jelas, kata Iwan, pihaknya juga akan bekerja sama lebih jauh bersama dengan Dede Yusuf dalam penyelamatan kawasan Bogor, Puncak dan Cianjur, bukan hanya menertibkan vila, namun juga dengan aksi ke lapangan untuk menanam berbagai pohon.

Sementara itu, Menteri LH Rachmat Witoelar memuji komitmen dan keberanian Wagub Dede Yusuf. ”Kita senang punya Wagub yang begitu paham dan mencintai lingkungan. Dia ibarat ade saya saat dulu di Komisi VII DPR. Sekarang ade saya ini dapat mandat rakyat Jabar untuk menyelamatkan lingkungan. Mari kita dukung ramai-ramai,” jelas Rachmat. [eko]

Kembalinya Pengikut Ahmadiyah di Tasikmalaya ke Jalan yang Benar

Sunday, 19 April 2009 5:45

ahmadiyahWakil Ketua GP Ansor Kabupaten Tasikmalaya: jumlah penganut ajaran Ahmadiyah di Kecamatan Salawu mencapai 3.500 orang, sudah ada 33 KK yang telah berikrar kembali kepada agama Islam.

Tasikmalaya (GP-Ansor0: “Asyhadu anllaa ilaha illallah Wa Asyhadu anna muhaammadarrasullullaah.” Dua kalimat syahadat itu bergema di Masjid Al-Barokah, Desa Tenjowaringin, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jumat (17/4). Sekitar pukul 09.30 WIB, sebanyak 35 warga desa itu berikrar untuk memeluk Islam, satu-satunya agama yang diridai Allah SWT.

Parpol Islam Gagal Berkomunikasi dengan Pemilih Muslim

Friday, 24 April 2009 16:26

Yogyakarta (GP-Ansor): Guru besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Abdul Munir Mulkhan menilai parpol Islam tidak berhasil memenangkan suara mayoritas dalam Pemilu Legislatif 2009 karena gagal berkomunikasi dengan pemilih muslim.

“Mereka tidak pernah menyadari dukungan politik partai-partai Islam tersebut akibat kegagalan komunikasi dengan pemilih muslim sendiri, apalagi dengan pemilih nonmuslim,” katanya dalam acara peluncuran satu buku di Yogyakarta, Jumat (24/4).

Abdul Munir menuturkan, hanya pada Pemilu 1955 parpol Islam meraih mayoritas dengan 44 persen suara, selebihnya tidak pernah lagi.

Pada Pemilu 1971 semasa Orde Baru seluruh partai Islam hanya memperoleh 27,11 persen, lalu pada Pemilu 1977 memperoleh 29,29 persen, kemudian setelah seluruh partai Islam digabung dalam PPP suara berkurang lagi menjadi 27,78 persen pada Pemilu 1982.

Kemudian, suara partai Islam berkurang lagi menjadi 15,97 persen pada Pemilu 1987, 17 persen Pemilu 1992 dan dan 21 persen Pemilu 1997. Terakhir, dalam dua kali pemilu selama reformasi, partai-partai Islam memperoleh 37,5 persen pada Pemilu 1999 dan naik lagi menjadi 41,99 persen pada Pemilu 2004.

Kini, pada Pemilu 2009, menurut hitungan sementara, parpol Islam memperoleh suara sekitar 28 persen. Angka ini termasuk perolehan PAN (6,3 persen) dan PKB (5,1 persen) yang keduanya sudah menyatakan sebagai partai terbuka.

“Jika dikurangi kedua partai ini, suara partai Islam hanya sekitar 17,5 persen,” katanya.

Abdul Munir Mulkhan mengkritik argumentasi para aktivis partai Islam yang acap menuding konspirasi kekuatan anti Islam dari dalam negeri dan asing berada di belakang terus menurunnya dukungan publik pada parpol Islam.

Dia juga mengkritik pendekatan kitab yang normatif harfiah nan hitam putih yang memokuskan perhatian pada hanya soal surga neraka atau halal haram, padahal pendekatan sosial budaya berperan penting dalam membangun simpati publik pada parpol Islam.

“Menjadi muslim ternyata tidak berbanding lurus dengan memilih partai Islam. Pilihan politik seorang muslim melibatkan beragam model hubungan dari pertemuan, kekeluargaan, kepentingan sesaat atau harapan hidup lebih baik,” katanya.

Partai Islam sendiri lebih banyak didukung sebagian kaum santri yang jumlahnya 25 persen dari pemeluk Islam, namun ironisnya banyak dari mereka menjadi aktivis atau berkarya di Golkar, PDIP, dan kini Partai Demokrat yang mereka nilai jauh dari stigma lama nasionalis atau sekuler. (

GP Ansor Jepara Gelar Istighotsah di Pantai Kartini

Friday, 24 April 2009 14:33

kura2-jepJepara (GP-Ansor): Sekitar lima ribu orang umat muslim dari berbagai penjuru, memadati kompleks Wisata Pantai Kartini Jepara, Kamis (23/4) malam. Mereka memusat di bawah kepala Bangunan Kura-Kura Raksasa, yang saat ini menjadi bagian penting dari sebuah isu besar di Jepara. Didominasi pakaian putih dengan kerudung dan kopiah berwarna senada, mereka memanjatkan permohonan doa, melalui sebuah kegiatan istighotsah. Bupati Jepara Drs Hendro Martojo dan Wabup H Ahmad Marzuki menjadi tamu penting dalam istihotsah tersebut. Sebagian besar pejabat teras Pemkab Jepara juga hadir.

Istihotsah yang digelar oleh GP Ansor Jepara ini mendatangkan Habib Abdulah Ridwan, asal Mayong, Jepara. Menjelang tengah malam, kegiatan ini baru selesai.

Ketua GP Ansor M Jafar menyatakan, kegiatan ini merupakan wujud syukur atas situasi yang terjadi di Jepara paska Pemilu Legislatif. Tidak ada yang khusus dalam istighotsah ini, termasuk kaitanya dengan ramalan Mama Laurent. Istighotsah ini menurutnya merupakan kegiatan rutin bagi umat muslim di Jepara.

”Kalau ada kaitan dengan ramalan itu, barangkali adalah soal tempatnya saja. Kami hanya ingin mengajak masyarakat untuk mengenalkan objek wisata ini. Masyarakat tidak perlu khawatir dengan ramalan tersebut, sebab nyatanya istighotsah ini berjalan dengan aman dan nyaman,” ujar Jafar.

Sementara itu, Bupati Jepara dalam sambutannya justru dengan jelas memberi penekanan terhadap isu tsunami yang muncul setelah adanya ramalan Mama Laurent tersebut. Ramalan menurut Bupati tetap hanyalah ramalan yang bisa terjadi bisa juga tidak. Namun Bupati berharap atas ramalan tersebut masyarakat tidak panik. Bupati tetap meminta masyarakat untuk berpasrah diri pada Allah SWT.

”Jepara ini tidak berada di garis patahan bumi dan jauh dari gunung berapi. Sehingga kecil kemungkinan akan terjadi gempa yang bisa menimbulkan tsunami. Jadi tidak usah khawatir dengan isu adanya tsunami,” ujar Bupati Jepara, Hendro Martojo dengan menggunakan bahasa Jawa.

Isapan jempol

kura2-jep2Ramalan Mama Laurent yang ditafsirkan oleh masyarakat Jepara akan adanya bencana tsunami, mulai mendapatkan reaksi dari beberapa kalangan. Salah satunya muncul dari Wendar Arinugroho, Ketua DPD Himpunan Penghayat Kepercayaan (HPK) Jepara. Tokoh yang lebih dikenal dengan sebutan Gus Win ini meminta masyarakat untuk menyikapi ramalan tersebut dengan akal sehat.

Menurut Gus Win, dari tinjuan ilmiah ramalan Mama Laurent tersebut hanya isapan jempol belaka. Tidak ada bukti-bukti ilmiah yang mendukung pernyataanya itu. Kemudian dari sisi Ilmu Semiotik (Ilmu titen), ramalan tersebut juga tidak disertai dengan tanda-tanda tertentu yang menyertainya.

Kemudian dari sisi Metafisika, ramalan tersebut boleh-boleh saja disampaikan ke masyarakat. Namun demikian, seorang peramal seharusnya bisa memberikan jalan keluar atas ramalan yang dilontarkannya tersebut. Jika ia tidak bisa memberikan jalan keluar, maka lebih baik peramal tersebut tidak usah menyampaikannya ke masyarakat. Karena dampaknya akan menimbulkan keresahan pada masyarakat.

“Ramalan pada dasarnya tetap ramalan. Dia bisa menjadi kenyataan namun bisa saja tidak menjadi kenyataan. Dalam hal ini tergantung siapa yang menanggapi ramalan tersebut. Dalam kasus ini, tentu saja yang paling tepat adalah menanggapinya dengan akal sehat,” ujar Gus Win, Jumat (24/4) pagi tadi.

Ada sisi positif yang bisa diambil dari ramalan tersebut, menurut Gus Win. Sisi positif itu adalah, mengingatkan masyarakat untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa. Lainnya, isu ini bagaimanapun telah membuat Jepara menjadi lebih dikenal.

“Kalau ramalan saya, Jepara justru akan bertambah makmur jika nanti bangunan kura-kura tersebut benar-benar telah selesai. Itu ramalan saya,” katanya sambil tersenyum

Refleksi Harlah ke-75 GP Ansor: Naashirun Jadi Manshuurun

Friday, 24 April 2009 13:48

Oleh: Nawawi A Manan, Penasehat PC GP Ansor Sidoarjo

nawawi_opiniLangkah Pimpinan Pusat (PP) GP Ansor dalam menyikapi pemilu legislatif 2009 cukup spektakuler. Ketika hampir semua komponen bangsa membicarakan berbagai kecurangan dan pelanggarannya, Ketua Umum PP GP Ansor Drs H Saifullah Yusuf (Gus Ipul) sudah menyampaikan dukungan terhadap duet Susilo Bambang Yudhoyono - Jusuf Kalla (SBY-JK). “SBY - JK adalah pasangan ideal,” kata Gus Ipul (Duta, 14/04/ 2009). Dengan pernyataan tersebut berarti PP GP Ansor meniadakan berbagai pelanggaran dalam pemilu.

Sebagai orang yang telah berhasil merebut jabatan dengan melakukan berbagai kecurangan, Gus Ipul layak berteriak: the show must go on! Dan, sebagai Wagub Jatim yang diusung oleh Partai Demokrat, Gus Ipul memang wajib menyampaikan dukungan kepada SBY sebagai sembah sungkemnya.

Akan tetapi, sebagai Ketua Umum PP GP Ansor, dia tidak boleh menjustifikasi kekuatan politik manapun. Dengan pernyataan tersebut berarti Gus Ipul telah menjadikan GP Ansor sebagai alat untuk melegitimasi praktik kebusukan yang dilakukan oleh pemerintah.

Pernyataan sikap tersebut tampak sederhana, tetapi efek negatifnya luar biasa karena GP Ansor telah menjadi subordinasi kekuasaan.

Meskipun demikian, tidak ada pimpinan wilayah (PW), pimpinan cabang (PC), atau anggota GP Ansor yang mereaksi. Semua seolah sepakat bersikap ijma’ sukuti. Mungkin ini adalah indikasi bahwa sesungguhnya GP Ansor memang telah disalahfungsikan.

Seperti Nahdlatul Ulama (NU), sejak berakhirnya kekuasaan rezim Soeharto, GP Ansor memang telah mengalami pergeseran status karena sering digunakan sebagai kendaraan politik oleh para pengurus yang tidak betah bertahan di wilayah kultural. Banyak kader NU yang berhasil meraih jabatan politis melalui GP Ansor. Keberhasilan Gus Ipul menjadi anggota Kabinet Persatuan Nasional, kemudian Wagub Jatim, juga karena meggunakan kendaraan GP Ansor.

Para aktivis GP Ansor sangat bangga dan bersyukur terhadap berbagai perubahan serta keberhasilan tersebut. Akan tetapi, banyak anggota GP Ansor yang mencibir, bahkan apriori. Sebab, perubahan serta keberhasilan itu hanya dinikmati oleh para petinggi GP Ansor. Sehingga, fenomena yang terjadi antara di atas dan di bawah tidak sama, bahkan bertolak belakang. Kalau di tingkat atas tumbuh gairah dan soliditas karena banyak faktor perangsangnya, pada level bawah justru terjadi kristalisasi sehingga keberadaan GP Ansor kian tidak jelas. Dan, yang amat memprihatinkan, kecemburuan terhadap keberhasilan ekonomi para pertinggi GP Ansor mengakibakan banyak aktifis GP Ansor bermental yadus sufla. Mereka tidak lagi memainkan fungsi naashirun (penolong) tetapi menjadi manshuurun (minta ditolong).

Secara perlahan tapi pasti, GP Ansor kehilangan kepercayaan (trust) dari anggotanya. Faktor utama penyebabnya ialah anggota GP Ansor hanya dituntut melaksanakan kewajiban, tetapi haknya hampir tidak pernah diberikan, selain hak terhadap organisasi — seperti hak bersuara dalam rapat.

Sedangkan hak yang berhubungan dengan kepentingan pribadi anggota tidak pernah ada. Dalam PD/PRT GP Ansor memang tidak pernah disebutkan bahwa anggota harus diberi kredit lunak. Akan tetapi, secara otomatis, dalam kepemimpinan GP Ansor berlaku hukum: kullukum raa’in wakullun raa’in mas’ulun ‘an ra’iyatihi.

Sejak awal berdirinya GP Ansor telah banyak memberi berkah kepada para pemimpinnya: Chalid Mawardi menjadi duta besar; Tosari Wijaya dan Slamet Effendy Yusuf bisa malang-melintang di Senayan; KH Hasyim Muzadi menjadi cawapres; dan sekarang Gus Ipul menjadi wagub Jatim. Pengurus wilayah, pengurus cabang, dan pengurus anak cabang banyak yang menjadi anggota legislatif. Paling tidak, dalam pemilu atau pilkada, mereka bisa menjadi washilah pengumpulan suara. Sedangkan anggotanya? Sejak zaman komunikasi menggunakan kenthong titir hingga SMS peran dan fungsinya tetap: membayar iuran, membayar sumbangan untuk kegiatan, dan dikerahkan untuk apel, istighotsah, serta berbagai bentuk aksi dukung-mendukung.

Mereka ibarat wayang: dikeluarkan dari kotak jika hendak dimainkan dan kembali dimasukkan setelah permainan usai. Sedangkan imbalannya masuk ke kantong dalang, sinden, para panjak (pengrawit), dan para combe (calo). Sahabat Buadi, Sahabat Toha, Sahabat Asykar, Sahabat Kaji Amin, dan para pengurus Satkorcab atau Satkoryon selalu tampil gagah pada setiap melakukan pengamanan.

Akan tetapi, mereka tetap sebagai penjual roti goreng, penjual penthol jos, tukang batu, dan pedagang pracangan, tanpa pernah sekali pun ikut menikmati berkah yang diperoleh orang-orang yang telah dijamin keamanannya. Tetap setianya mereka pada organisasi bukan karena kehebatan para petinggi GP Ansor, melainkan karena kesadaran serta keikhlasan mereka dalam berkhidmat kepada organisasi.

Harus diakui bahwa para petinggi GP Ansor adalah orang-orang hebat. Akan tetapi, tanpa ditopang oleh jumlah anggota yang sangat besar, mereka tidak akan berarti. Karena itu, pada momen Harlah tahun ini, para petinggi GP Ansor harus mulai belajar memikirkan nasib anggotanya. Mereka harus dapat mengubah paradigma organisasi serta pola hubungan dari emosional idealis menjadi rasional idealis. Kalau tidak, keberadaan GP Ansor akan kian tidak jelas karena ditinggalkan oleh anggotanya.

Dengan berbekal komentar prematur Gus Ipul, sahabat-sahabat petinggi GP Ansor boleh mencuri start untuk melakukan lobi-lobi politik agar jika SBY terpilih kembali mendapat kedudukan empuk seperti Gus Ipul.

Tetapi, Antum harus ingat bahwa Mbah Wahab (Almaghfurlah KH Abdul Wahab Chasbullah) mengubah Pemuda Nahdlatoel Oelama (PNO) menjadi Ansor Nahdlatoel Oelama (ANO) agar kita mewarisi semangat serta keikhlasan penduduk Yatsrib, suku Aus dan suku Khazraj, ketika membantu kaum muslimin Makkah yang sedang hijrah. Mbah Wahab juga berharap, serta mendoakan, agar kita menjadi penerus kaum Hawariyyin sebagai penolong agama Allah; nahnu ansharullah! Penolong agama Allah kok hanya pethakilan di wilayah kekuasaan, Cak! (Telah diterbitkan Duta Masyarakat, 24 April 2009)

MENGUJI JATI DIRI KNPI

Sunday, 19 April 2009 5:09

Oleh Eddy Prasetyo, Wakil Ketua PW NU Kepri, Sekretaris PW GP ANSOR Kepri, Sekretaris DPD KNPI Kepri, Sekretaris Forum Silaturahmi Kebangsaan Kepri, Penasihat Gerakan Anti Traficking (GAT) Kepri

3176_1113069302777_1108257514_30581449_2829960_nKongres XII Pemuda – Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Tahun 2008 baik di Jakarta maupun di Pulau Bali baru saja usai. Kedua ajang kongres-pun telah menghasilkan Ketua Umum, yaitu Ahmad Doli Kurnia produk Jakarta dan Azis Syamsudin hasil dari kongres Bali.

Hari ini, kita sama-sama melihat, bahwa KNPI tengah berada di persimpangan jalan. Akankah eksistensi KNPI masih dapat dipertahankan dan dipercaya mampu mewadahi Organisasi Kepemudaan ? ataukah KNPI tetap bertahan untuk larut dalam konflik internal yang berkepanjangan, sehingga menuju jurang kehancuran KNPI itu sendiri.

Menjadi sebuah kenyataan pahit bagi dunia kepemudaan di Indonesia, ditengah hingar bingarnya peringatan Hari Sumpah Pemuda yang ke 80, justru KNPI menorehkan sejarah buram dengan memunculkan konflik internal yang membuahkan dua pelaksanaan kongres di tempat yang berbeda.

Konflik internal yang diawali oleh ketidak harmonisan hubungan antara Ketua Umum Hasanuddin Yusuf (HY) selaku mandataris Kongers XI KNPI di Kinasih Bogor dengan Munawar Fuad (MF) Sekretaris Jendral hasil formatur, kedua figur yang sama-sama berlaga dalam pemilihan Ketua Umum ketika itu.

Menjadi sesuatu yang lumrah ketika konflik mampu dikelola secara arif, cerdas dan dewasa oleh kedua belah pihak, tetapi kenyataan yang terjadi sebaliknya, konflik menjadi terbuka serta menyeret kepada kelompok-kelompok lain untuk saling berhadap-hadapan.

Pihak pemerintah yang diharapkan dapat menjembatani konflik KNPI, dalam hal ini Kementrian Negara Pemuda dan Olah Raga justru dituding cenderung melakukan intervensi melalui pembelaan sepihak yang pada gilirannya lebih memperbesar jurang pemisah di tubuh KNPI.

Secara hukum positif, perseturan terbuka tersebut menunjukkan bahwa KNPI menjadi sebuah “barang berharga” dan “mahal” sehingga patut dan layak diperebutkan oleh para penganut ambisiusisme walaupun harus menempuh cara yang dianggap tidak patut secara etika berorganisasi.

Paradigma bahwa melalui KNPI mampu mengantarkan seseorang menjadi Menpora, mendapatkan jabatan politis dan atau fasilitas tertentu sudah semestinya direevaluasi dan reformasi, karena terbukti membutakan dan menjebak pada membiasnya pergerakan kepemudaan serta melupakan hakikat persatuan dan kesatuan.

Sejarah telah mencatat bahwa KNPI lahir dari rahim kesepakatan organisasi kepemudaan yang menjadikannya sebagai wadah berhimpun dan laboratorium kader dalam upaya menyatukan visi dan missi pemuda bagi mempersiapkan kader berkualitas serta siap menjadi pewaris tongkat estafet kepemimpinan bangsa.

Hampir dipastikan dinamika KNPI menjadi sangat lekat dengan kekuasaan, bahkan ketika Orde Baru berkuasa, format kelembagaan KNPI sangatlah kuat melalui back up legal konstitusional pihak Pemerintah. KNPI menjadi satu-satunya lembaga kepemudaan yang diakui dan diproteksi oleh Pemerintah bahkan diatur dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN).

Mengutip apa yang disampaikan oleh Para Aktivis Gerakan Pemuda Ansor dalam catatan berjudul “Gonjang – Ganjing di Tubuh KNPI” yang senpat beredar di arena Kongres Ancol menyebutkan bahwa Konflik terbuka yang terjadi telah melahirkan berbagai persepsi, Pertama, kader-kader yang bergabung di KNPI yang selama ini dianggap memiliki segudang pengalaman dan intelektualitas ternyata belum mampu menunjukkan sebagai sebuah kekuatan pemersatu bahkan cenderung memelihara dan memproduksi konflik baru yang sangat kontraproduktif.

Kedua, intervensi pemerintah melalui Menpora memperlihatkan betapa kuatnya arus kekuasaan melakukan hegemoni pada organisasi kepemudaan dan secara langsung mencoba mengarahkan gerak politik pemuda (KNPI) khususnya yang berhubungan dengan kebijakan dan otoritas politik penguasa. Kondisi yang dituding sebagai pemicu lemahnya nilai tawar KNPI serta pengkerdilan peran agen perubahan yang selama ini disandang oleh kaum muda, sehingga rentan terhadap perpecahan.

Siapapun berhak untuk membuat persepsi, yang pasti pasca kongres Ancol dan Bali telah melahirkan dua kepemimpinan dan kepengurusan KNPI, melalui jargon “konstitusional” kedua-duanya mengklaim memenuhi konstitusi.

Sudah selayaknya KNPI dikembalikan kepada komponen dan eksponen kepemudaan agar mampu dan mau duduk bersama, bermusyawarah untuk mufakat bersama sebagai upaya menciptakan formulasi penyatuan kembali KNPI sebagai bagian kepemudaan Indonesia yang utuh, karena hanya jalan inilah yang dapat dianggap paling konstitusional. Perjuangan Pemuda Indonesia yang telah dicontohkan 80 Tahun lalu sepertinya telah dilupakan oleh sebuah harga konstitusi dan kekuasaan.

Semangat Sumpah Pemuda 1928 dengan keberhasilannya mempersatukan kebhinekaan suku, bangsa, agama dan bahasa menanggalkan rasa egoisme, ambisi pribadi/kelompok sudah dirasa perlu dan mendesak untuk direaktualisasikan dalam Jiwa dan Raga yang tumbuh melalui Reinkarnasi Sumpah Pemuda 2008.

Menjadi sesuatu yang ironis, manakala pemuda sedang mengumandangkan gerakan “Saatnya yang muda yang memimpin”, tetapi calon pemimpinnya justru tidak menunjukkan sikap sebagai seorang pemimpin.

Bangsa ini membutuhkan pemimpin yang bukan sekedar memiliki gelar, kepandaian dan kemampuan untuk berdebat, tetapi lebih pada sesuatu yang kongkrit berbuat untuk masyarakat banyak, mau berkorban, kemandirian dan komitmen serta berani mengatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah.

Dan ketika itu ada di KNPI, maka seluruh pemuda Indonesia sepakat perpecahan hari ini bukanlah sebuah kegagalan sejarah kepemudaan di bumi Indonesia, melainkan proses alamiah menuju pada pendewasaan dan kearifan diri.***

Kekalahan Politik NU Tidak Perlu Diratapi

Monday, 20 April 2009 13:35

gus-solahOleh; KH. Salahuddin Wahid, pengasuh Pesantren Tebuireng

HASIL hitung cepat sejumlah lembaga riset terhadap pemilu menunjukkan partai-partai yang didirikan atau berkaitan dengan organisasi NU gagal total. Jumlah gabungan pemilih PKB+PPP+PKNU+PPNUI hanya di bawah jumlah pemilih PDIP atau Partai Golkar, apalagi Partai Demokrat.

Fakta tragis itu membuat banyak tokoh dan warga NU meratapinya. Apalagi, tidak ada seorang pun tokoh yang berasal dari kalangan NU yang muncul sebagai bakal cawapres, apalagi bakal capres. Perlukah kita meratapi hal itu?

Faktor Penyebab

Peta politik 1955 menjadi acuan bagi banyak pengamat politik dalam melakukan analisis terhadap perpolitikan di kalangan NU. Padahal, telah terjadi perubahan besar yang amat mendasar.

Pertama, sejak NU mengganti asas Islam dengan Pancasila pada Muktamar 1984, tidak ada hambatan ideologis bagi warga NU untuk memilih partai berasas Pancasila. Walaupun NU kembali berasas Islam pada Muktamar 1999, tidak ada perubahan dalam masalah itu karena PBNU membidani lahirnya PKB yang berasas Pancasila.

Kedua, NU secara resmi bergabung dan akhirnya memutuskan hubungan dengan Masyumi dan PPP. Sejumlah tokoh dan warga NU bergabung dengan Golkar. Sebagian besar di antara mereka tetap bertahan di partai- partai tersebut. Pada saat PB NU membidani PKB (1998), tidak ada upaya untuk mengajak seluruh tokoh NU di PPP dan Golkar untuk bergabung. Akibatnya, jumlah pemilih Partai NU pada Pemilu 1955 > 18%, sedangkan pemilih PKB pada Pemilu 1999 berjumlah sedikit di atas 12 persen.

Ketiga, PKB dilanda konflik internal berkepanjangan. Matori Abdul Djalil dilengserkan dari jabatan ketua umum (2001). Selanjutnya, pemecatan Saifullah Yusuf dari jabatan Sekjen (2003) yang diikuti dengan pemecatan Alwi Shihab dari posisi ketua umum (2004).

Pasca Muktamar Semarang, muncullah PKNU. Terakhir adalah pemecatan terhadap Ketua Umum Muhaimin Iskandar yang diakhiri dengan putusan MA yang mengakui Imin (Muhaimain) dan menyebabkan Gus Dur (Abdurrahman Wahid) tergusur dari posisi ketua umum dewan syura.

***

Tentu keadaan yang diratapi banyak warga NU itu perlu diperbaiki. Pertanyaan pertama ialah perlukah struktur NU melakukan sesuatu, lantas apakah yang bisa dilakukan? Paling jauh struktur NU hanya bisa memberikan saran agar konflik internal PKB dapat diselesaikan dengan baik, melalui Muktamar PKB 2010. Tetapi, struktur NU tidak perlu terlibat, apalagi memihak salah satu pihak.

Akan lebih baik lagi apabila PKNU dan PKB bergabung kembali karena ternyata PKNU tidak lolos ke Senayan. PB NU bisa mendorong kedua partai itu bergabung lagi tanpa paksaan. Upaya itu amat sulit, tetapi bukan berarti tidak mungkin dilakukan. Struktur NU sebaiknya hanya berperan sebagai katalisator.

Cukup banyak warga dan tokoh NU yang meratapi kekalahan NU itu dan masih berkeinginan supaya NU mempunyai partai tempat menyalurkan aspirasi warga NU. Partai semacam itu punya hubungan khusus dengan struktur NU sehingga dapat saling menguntungkan. Bagaimana menanggapi sikap seperti ini?

Perlu disadari bahwa upaya semacam itu akan sia-sia. NU telah mencoba mendirikan PKB yang ternyata sarat dengan konflik dan juga tidak baik komunikasinya dengan struktur dan warga NU. Perolehan suaranya maksimal hanya sekitar 12 persen (1999), lalu merosot. Manfaat mempunyai partai dengan mafsadatnya tidak sebanding, jauh lebih kecil.

Banyak warga dan aktivis NU yang menjadi anggota legislatif dan pengurus sejumlah partai di luar PKB, PKNU, dan PPP. Misalnya, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Ahmad Mubarok.

Survei Kompas (Maret 2009) mengungkap fakta yang mungkin tidak banyak diperhatikan, yaitu penyebaran suara warga NU ke sejumlah partai. Suara warga NU tersebar ke PD = 29,8%; PDIP = 19,4%; PG = 16,3%; PPP = 7,1%; PKS = 6,8%; PKB = 5,9%; PKNU = 1,3%.

Fakta di atas menunjukkan bahwa warga NU sekarang berbeda dengan era NU menjadi partai, sifatnya cair, tidak mungkin lagi dikelompokkan ke dalam satu partai sebagai pengganti Partai NU. Itu juga dipengaruhi perubahan asas partai seperti diuraikan di atas. Putra-putri warga (partai) NU sudah tersebar ke mana-mana dan tidak punya lagi keterikatan dengan NU sebagai entitas politik. Mereka hanya terikat dengan NU dalam budaya agama.

***

Apakah perlu dan mungkin NU kembali menjadi partai? Bukankah saat NU menjadi partai bisa menjadi salah satu kekuatan politik utama di Indonesia? Tidak mungkin NU kembali menjadi partai. Kesempatan NU kembali menjadi partai hanya pernah ada pada 1998.

NU dulu bergabung dengan Partai Masyumi karena saat itu kita baru menyusun landasan negara dan NU ikut menginginkan Islam menjadi dasar negara. Setelah gagal memperjuangkan melalui PPKI pada 1945, Partai NU bersama partai Islam yang lain kembali gagal memperjuangkan Islam menjadi dasar negara dalam Majelis Konstituante. Lalu, NU menerima Pancasila sebagai dasar negara. Tidak ada kebutuhan NU untuk menjadi partai politik.

Apakah NU ke depan sama sekali tidak boleh berpolitik? Politik kekuasaan atau politik kepartaian jelas harus dijauhi oleh struktur NU, dari tingkat terbawah sampai tingkat teratas, untuk tanfidziyah maupun syuriyah.

Tetapi, politik yang mulia adalah yang tidak berorientasi kekuasaan, tetapi berorientasi membela kepentingan rakyat banyak -rakyat kecil- tidak harus dijauhi. NU bahkan harus bergulat lebih intens dalam politik semacam itu.(telah dipublikasikan di Jawa Pos, 20/4/09)

Rabu, 25 Maret 2009

GOLPUT NO

PEMILU MENENTUKAN MASA DEPAN BANGSA

jakarta, diposkan syahrul dalam pileg nanti kami menghibau kepada masyarakat khususnya masyarakat jakarta timur,untuk datang ke TPS untuk menggunakan hak pilihnya sebagai warga negara,masa depan bangsa ini nanti ada ditangan anda,,kalo anda GOLPUT berarti anda tidak ingin perubahaan dibangsa ini....dengan menggunakan Hak pilih berarti anda menginginkan perubahan dalam bangsa maupun secara struktural di pemerintahan maupun dalam segi yang lain.......

dengan ini kami SATKORCAB BANSER JAKTIM siap menyurukan anti GOLPUT dan mengamankan pemilu yang damai jujur dan adil

BANGKITLAH PEMUDA.....
BANGKITLAH BANGSAKU.....
JAYA INDONESIAKU...........

Senin, 23 Februari 2009

Warga NU Bebas Pilih Parpol dan Caleg

Monday, 23 February 2009 12:38

Nganjuk,[GP-Ansor]: Warga nahdliyin dipersilahkan menggunakan hak politiknya untuk memilih partai atau caleg yang sesuai dengan pilihan hatinya. Karena setiap warga negara dijamin hak-hak politiknya.”Silahkan warga NU memilih apa saja, sesuai dengan hak pribadinya masing-masing, karena hak politik itu dijamin UUD,”

Demikian dikatakan Sekretaris PCNU Kabupaten Nganjuk, Supardianto kepada wartawan di Nganjuk, 23 Pebruari 2009. Ditambahkannya, hingga saat ini tidak adanya instruksi kepada warga NU untuk memilih salah satu parpol atau caleg peserta pemilu, merupakan keputusan dari hasil muktamar.

Menurut Supardianto, pembebasan untuk memilih juga dikarenakan banyaknya pengurus atau warga NU yang menjadi caleg dari parpol yang berbeda. “Banyak pengurus NU Nganjuk yang menjadi pengurus parpol dan caleg dari berbagai parpol,”ungkapnya.

Lebih lanjut Supardianto menjelaskan, dari dulu, warga PCNU Nganjuk tidak pernah mengarahkan suara warga Nahdliyin untuk memilih salah satu parpol, meski NU dari pusat nanti menyarankan untuk memilih salah satu parpol. “Pada waktu Pilihan bupati (Pilbub) dan Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jatim dulu, kita juga tidak pernah mengarahkan warga NU, meski Ketua PBNU Hasyim Muzadi memihak pasangan KAJI ” ungkapnya. [eko]

Warga NU Diminta Datang Ke TPS

Monday, 23 February 2009 17:28

Gresik,[GP-Ansor]: Warga nadhliyin di Gresik dihimbau untuk tidak melakukan golput pada pemilu 2009. Karena itu mereka harus didorong untuk menggunakan hak pilihnya. Baik itu, untuk memilih legislatif maupun presiden.

Demikian dikatakan Ketua Pimpinan Cabang NU Gresik, DR. H. Husnul Huluq kepada wartawan di Gresik, 23 Pebruari 2009.

Dikatakannya, golput tidak akan menyelesaikan masalah. Sehingga, setiap warga negara, terutama warga NU harus menggunakan hak pilihnya pada pemilu nanti, jika ingin merubah keadaan bangsa ini lebih baik. “Warga nadliyin (NU, red) jangan sampai golput, mereka perlu ikut menyukseskan pemilu,” jelasnya.

Meski begitu, Husnul Huluq yang Sekda Pemkab Gresik ini menegaskan secara institusi NU tidak akan terlibat ke politik praktis, apalagi mendukung parpol tententu, namun untuk pilihan politik warga NU, dirinya menyerahkan sepenuhnya kepada warga nahdliyin. “Silakan warga NU menentukan hak pilihan politiknya, tetapi NU secara organisasi akan tetap netral dari kepentingan politik karena NU tidak ada kaitannya dengan politik,” tambahnya.

Dia katakan, warga NU agar tidak salah pilih dalam memilih legislatif dan calon presiden, sebab bila mereka salah dalam menentukan pilihan akan berdampak pada kesengsaraan rakyat. Makanya, warga NU harus jeli dan hati-hati untuk memilih pemimpin masa depan itu. [eko]

Rabu, 11 Februari 2009

SATKORCAB BANSER JAKARTA TIMUR

Jakarta,Kami Banser Jakarta Timur Mengucapkan Selamat Dan Sukses Atas Terpilihnya Sahabat Ridwan Menjadi Ketua Cabang Ansor Jakarta timur,Kami kader BANSER JAK TIM siap menjalankan program ansor kedepan demi kemaslahatan Umum.Syahrul...

Selasa, 10 Februari 2009

PAC ANSOR DUREN SAWIT KONSULIDASI

Jakarta Timur,Konsulidasi PAC duren Sawit ke tingkat Ranting yang diadakan pada hari minggu 08 Febuari 2009 Yang dihadiri 7 pimpinan Ranting,dalam konsulidasi ini ketua Niman Zakaria dalam Sambutannya menghibau kepada pimpinan ranting Agar berperan aktif dilingkungannya dan agar menghibau kepada seluruh masyarakat duren sawit agar tidak Golput dalam pemilu nanti karena masa depan negri ini ditangan mereka.

Ketua juga mengatakan Bahwa secara Institusi PAC DUREN SAWIT tidak mendukung siapapun yang maju dalam pemilu nanti,tetapi keder ansor harus pintar dan bijak dalm memilih siapa yang mereka pilih tuk mewakili suara mereka nanti.

Ketua Penasehat Ansor Duren Sawit Drs Sulhan Jawad Mengatakan bahwa Gp ansor Secara Institusi harus tetap independen,beliau juga menghibau kepada ketua PAC agar pertemuan seperti ini harus sering dilakukan minimal 1 bulan Sekali.Ansor adalah bentengnya Ulama Nu maka dengan itu Kader2 ansor harus tetap mempertahankan ajararn NU dan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang aswaja ( ahlu sunnah wal jam'ah )agar aliran yang sesat yang marak saat ini tidak akan ada kalo ,kader2 ansor mau bergerak.


Rabu, 28 Januari 2009

Gus Dur: Kasihan MUI Dituduh Dibayar Karena Fatwa Golput
Thursday, 29 January 2009 9:29
Jakarta (GP-Ansor): Mantan presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengaku kasihan dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) karena oleh sebagian masyarakat dituduh dibayar untuk mengeluarkan fatwa haram bagi golput.“Sedih saya, MUI berbuat begini (mengeluarkan fatwa golput haram) dikira dibayar,” kata Gus Dur kepada wartawan di Jakarta, Rabu.
Gus Dur sendiri menyatakan tidak mempermasalahkan fatwa tersebut, dan ia tetap memilih memboikot pemilu 2009 dengan tidak menggunakan hak pilihnya.
“Orang bikin fatwa silakan. Kalau terjadi pelanggaran peraturan dalam pemilu maka kita boikot, dan saat ini sangat banyak pelanggaran,” katanya.
Secara terpisah, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) meminta pemerintah menghormati dan menjamin warga negara yang memilih golput.
Ketua Badan Pengurus YLBHI Patra M Zen mengatakan, prinsip HAM universal menempatkan hak memilih atau dipilih sebagai bagian dari hak dasar manusia yang dijamin dalam Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik dan juga dijamin dalam konstitusi UUD 1945.
Negara, kata Patra, harus tetap berdiri di atas kepentingan semua warga negara dan tidak meneruskan fatwa haram golput itu sebagai bagian dari kebijakan negara yang mengikat semua warganegara.
YLBHI merasa berkepentingan untuk menyampaikan kepada publik untuk tidak terjebak dalam debat tentang golput yang amat potensial memecah-belah bangsa serta mengabaikan prinsip-prinsip demokrasi dan HAM.
Dalam disiplin hak asasi manusia, kata Patra, tidak ada standar dan norma apa pun yang menyatakan bahwa setiap orang wajib memilih dan dipilih.
Robi Kembali Pimpin Ansor Jakarta Pusat
Tuesday, 27 January 2009 20:20
Jakarta (GP-Ansor) : Figur incumbent dalam Konferensi cabang Ansor Jakarta Pusat berhasil mengalahkan pesaingnya. Adalah Robi, ketua PC Ansor Jakarta pusat memperoleh 5 suara, sedang lawannya Romdon hanya memperoleh 3 suara. “Proses konfercab berjalan lancar dan sesuai dengan aturan main.”
Demikian dikatakan Wakil Sekjen Ansor, Haryanto Oggie yang mewakili PP GP Ansor kepada wartawan di Jakarta,27 Januari 2009. Hadir pula bersama Haryanto, Mastur Anwar ikut mendampingi.
Acara konfercab Ansor Jakarta Pusat ke IV tersebt berlangsung satu hari, 24 Sabtu 2009 dengan mengambil thema, mengoptimalkan peran pemuda dalam pembangunan Jakarta dan menyukseskan pemilu 2009 di Wisma PHI, Cempaka Putih.
Ditambahkan Oggie, panggilan akrabnya, kader Ansor perlu membangun kemandirian dan sikap profesionalitas. Langkah ini menjadi kriteria utama kepemimpinan ansor ke depan. “Dilanjutkan pula dengan membuat agenda program rintisan dan kemitraan yang harus menjadi prioritas kerja ansor di masa mendatang,”tambahnya usai membuka konfercab tersebut.
Menurutnya, Ansor harus memiliki visi dan misi keagamaan yang lebin kental, yang identik dengan induknhya ‘NU”, yakni mengembangkam nilai-nilai Islam rahmatan lilalamin, yang penuh kesejukkan damai dan cinta kasih.
Sementara itu, Mastur Ansor yang menutup acara konercab tersebut kembali menegaskan agar komitmen Ansor membangun SDM ke depan harus diwujudkan secara nyata. Karena hal ini sudah menjadi kebutuhan mendesak. “Ada tiga perubahan yang menjadi titik berat ansor, yakni konsolidasi organisasi, peningkatan kualitas SDM, dan kesejahteraan anggotanya. [eko]
Ridwan Terpilih Jadi Ketua PC Ansor Jaktim
Sunday, 11 January 2009 17:35
Jakarta,[GP-Ansor] : Konferensi Ansor Cabang Jakarta Timur berlangsung lancar. Dua kandidat yang bersaing, Ridwan Abdiwibowo-sekretaris Pimpinan Cabang Ansor Jakarta Timur dan Azis, Pjs Ketua PC Ansor Jakarta Timur. Namun Ridwan akhirnya terpilih secara aklamasi. Dari 10 Pimpinan Anak Cabang, 8 memilih Ridwan. Sehingga dia berhasil mengalahkan Azis.
Acara konfercab PC Ansor Jaktim ini digelar di Yayasan Pendidikan Islam Al Ma’ruf di Jakarta, 10 Januari 2009. Peserta yang hadir mencapai sekitar 50 orang, terdiri dari 10 PAC yang masing-masing mengirimkan 3 orang wakilnya, kemudian ditambah para undangan dan peninjau. Beberapa undangan antara lain, Sekjen GP Ansor, Malik Haramain, Qohari Qolil, Wakil Sekjen, Ketua PC Ansor Jakarta Pusat, Robi dan Ketua PC Ansor Jakarta Utara, Abdul Muin.
Dalam sambutannya Sekjen Ansor, Malik Haramain meminta kader Ansor tetap meningkatkan konsolidasinya hingga ke ranting. Apalagi dunia sedang tidak bersahabat, krisis global akan mendera semua aspek kehidupan, misalnya kemiskinan, pengangguran dan gerakan transnasional.
Sementara Wakil Sekjen Qohari mendorong kader Ansor tetap menjaga keindependensiannya. Namun bukan berarti “mengunci diri”, karena itu harus tetap membangun komunikasi dengan semua unsur kepemudaan dan partai politik. “Boleh saja berpolitik secara individu, tapi jangan membawa ansor secara kelembagaan,” ujarnya.
Ditambah Qohari, karena itu agar Ansor tetap diperhitungkan peranannya, harus selalu aktif dan membuat berbagai kegiatan yang langsung menyentuh masyarakat. “Artinya Ansor harus “genit” agar dilirik oleh masyarakat,” tambahnya.
Disisi lain, kata Qohari, konsolidasi juga mesti dijaga demi menjaga martabat dan wibawa organisasi. Karena ke depan, organisasi yang solid selalu menjaga kedinamisan kadernya.

Kamis, 22 Januari 2009

Pernyataan dan Sikap PBNU atas Serangan Israel terhadap Palestina


Selasa, 06 Januari 2009 15:53
Memperkuat pernyataan bersama NU dan ormas-ormas Islam dalam rangka menyambut Tahun Baru 1430 H, yang di dalamnya terdapat pernyataan tentang agresi Israel terhadap wilayah Palestina pada 30 Desember 2008 lalu. Dan, mengikuti perkembangan terakhir peristiwa ini, PBNU perlu menegaskan kembali sikap tentang hal ini.
Masyarakat dunia sedang menyaksikan kesombongan, keangkuhan dan kebrutalan Israel dengan serangan ke wilayah Gaza, Palestina, sejak sepekan yang lalu. Serangan udara maupun darat telah menghancurkan wilayah bangsa Palestina dan telah menyebabkan lebih dari 500 orang meninggal dunia dan ribuan lainnya terluka. Banyak di antaranya adalah rakyat biasa, perempuan dan anak-anak yang tidak berdosa.

Jelas-jelas serangan itu, dengan alasan apa pun, adalah tindakan biadab yang jauh dari moralitas bangsa beradab. Serngan juga telah menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan, menginjak-injak rasa keadilan, kedaulatan bangsa Palestina serta bangsa-bangsa lain dan masyarakat dunia yang cinta perdamaian.

Mengingat serangan tersebut sampai hari ini masih terus berlanjut dan korban rakyat Palestina terus berjatuhan, sementara Israel tanpa malu terus melakukan serangan ke wilayah Gaza, sedangkan PBB dan bangsa-bangsa lain di dunia belum mengambil tindakan untuk mengentikan serangan Isreal, dengan ini PBNU menegaskan hal-hal sebagai berikut:

1. Mengutuk tindakan penyerangan tentara Israel ke wilayah Gaza, Palestina, karena hal itu adalah sebuah tindakan yang berlawanan dengan prinsip-prinsip hidup berdampingan secara damai, menghancurkan kedaulatan dan kemerdekaan bangsa lain, menginjak-injak perikemanusiaan dan tidak menghormati hubungan baik sesama bangsa. Serangan itu betul-betul telah memberikan bukti nyata bahwa Israel telah melakukan kekejaman yang mengakibatkan korban masyarakat sipil, perempuan dan anak-anak yang tidak berdosa. Ini jelas merupakan pelanggaran terhadap konvensi Genewa dan masyarakat dunia harus menganggap serangan Israel itu sebagai tindakan kejahatan perang.

2. Mendesak negara-negara anggota PBB untuk melakukan langkah-langkah guna menghentikan serangan Israel terhadap Palestina, dan mendesak PBB untuk menjatuhkan sanksi berat terhadap Israel, termasuk mengajukan para pemimpin Israel ke Mahkamah Internasional sebagai penjahat perang, agar peristiwa serupa tidak terulang lagi di dunia ini. NU sangat menyesalkan kegagalan Dewan Keamanan PBB untuk mengeluarkan resolusi penghentian serangan Israel terhadap Gaza, karena adanya penolakan oleh satu negara.

3. Menyerukan kepada pemerintah Amerika Serikat dan negara sekutunya agar dengan sungguh-sungguh memperhatikan aspirasi dan tuntutan masyarakat dunia bahwa apa yang telah dilakukan Israel adalah bukti nyata tidak ada kemauan Israel untuk menciptakan perdamaian di Timur Tengah dan sebaliknya, dengan tanpa malu melakukan peninstaan terhadap prinsip-prinsip hubungan antarbangsa yang menjunjung tinggi dan menghormati hak bangsa lain untuk hidup merdeka dan berdaulat.

4. Mendesak PBB dan negara-negara besar untuk mewujudkan perdamaian di Timur Tengah yang adil dan langgeng. Upaya-upaya yang dilakukan itu tentunya tidak hanya lip service sebagaimana kesan selama ini, melainkan upaya yang sungguh-sungguh demi terwujudnya perdamaian yang hakiki. Dalam konteks ini, peran obyektif Amerika Serikat, yang selama ini menjadi pendukung setia Israel, sangat diharapkan, karena hal ini akan menentukan terwujudnya perdamaian yang dimaksud.

5. Menyerukan kepada seluruh faksi politik dan kelompok masyarakat Palestina, khususnya para pemimpin Hamas dan Fatah, para alim ulama dan cerdik pandai untuk secara sungguh-sungguh merapatkan barisan, menyatukan pandangan dan bersikap lebih realistis serta bersatu memperjuangan Palestina yang merdeka dan berdaulat.

6. Mendorong pemerintah Indonesia untuk melanjutkan pengiriman bantuan kemanusiaan kepada Palestina dan bahkan untuk mengirim tentara perdamaian di bawah bendera PBB serta melakukan inisiasi dan langkah-langkah diplomasi dalam rangka penghentian serangan dan pemberian sanksi.

7. Menyerukan kepada seluruh masyarakat Indonesia, khususny warga NU, untuk menggalang solidaritas membantu rakyat Palestina, melalui penggalangan dana, relawan kemanusiaan, pengiriman obat-obatan dan pakaian, istighosah, qunut nazilah, zikir dan doa bersama untuk keselamatan para pejuang Palestina dan untuk para korban kaum muslimin Palestina yang gugur sebagai syuhada.

8. PBNU melalui International Conference of Islamic Scholars (ICIS) bekerja sama dengan jaringan civil society di dunia yang peduli dengan perdamaian di Timur Tengah akan berusaha menggalang solidaritas dan menyamakan pandangan serta mengambil langkah untuk mendorong terciptanya iklim yang kondusif di Timur Tengah bagi terselenggaranya perundingan damai antara Palestina dan Israel serta mengambil langkah-langkah untuk menggalang bantuan moral maupun materi bagi korban serangan brutal Israel terhadap Palestina.

9. PBNU menginstruksikan kepada Pengurus Cabang Istimewa NU di Timur Tengah dan Afrika, seperti, Arab Saudi, Suriah, Yordania, Irak, Iran, Mesir, Tunisia dan Maroko agar mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk membantu korban rakyat Palestina akibat serangan Israel.

Jakarta, 5 Februari 2009/6 Muharram 1430

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama



H Hasyim Muzadi Dr Endang Turmudi MA
Ketua Umum Sekretaris Jenderal

KH Abdul Chalim Majalengka (1898-1972)
Pengurus SI Hijaz Termuda
02/01/2009

Di balik setiap peristiwa-peristiwa penting sejarah, tentu terdapat nama-nama yang melambung. Nama-nama yang kemudian menjadi terkenal dan menjadikan figur-figur tertentu sebagai idola dan panutan di kemudian hari. Nama-nama inilah yang kemudian disebut sebagai tokoh. Beberapa di antaranya bahkan melegenda dan bertahan hingga beberapa generasi.

Namun tentu saja, tidak semua nama-nama yang terlibat dalam setiap peristiwa penting, kemudian ikut menjadi nama penting yang selalu disebut-sebut khayalak setelahnya. Di balik berdirinya Nahdlatul Ulama (NU), terdapat nama-nama besar yang kemudian melegenda dan dikenang hingga beberapa generasi. Namun tentu saja ada nama-nama yang juga sangat berperan dalam proses kelahiran NU sembari tetap menjadi nama-nama yang bersahaja dan merakyat. Tetap menjadi nama yang tidak menimbulkan rasa menjauh dari dunia kelahirannya. Salah satu di antara nama-nama yang tetap menjadi dekat dengan rakyat, tetap menjadi nama rakyat adalah KH Abdul Chalim bin Kedung, Leuwimunding Majalengka.

Ulama kelahiran tahun 1898 ini merupakan bagian sejarah besar. Namun tidak serta-merta menjadikan dirinya melambung manjauh dari rakyat kebanyakan. Meski namanya tercatat dalam berbagai peristiwa penting, namun KH Abdul Chalim tetap dikenal sebagai bagian dari rakyat kebanyakan.

Pentingnya Solidaritas Sosial dan Moderat
Hal ini dikarenakan KH Abdul Chalim menerapkan prinsip-prinsip solidaritas sosial sepanjang hidupnya. Solidaritas (ashobiyyah) inilah yang juga dididikkan kepada setiap santrinya. Solidaritas yang dianaut oleh KH Abdul Chalim ini berlaku dalam kelompok kecil maupun komunitas yang besar. Menurut KH Abdul Chalim, Solidaritas sangatlah penting dalam mempererat jalinan hubungan di antara komunitas-komunitas agama maupun politik. Tujuan gerakan keagamaan tidak akan tercapai tanpa adanya solidaritas politik.

Prinsip solidaritas juga perlu diterapkan sepanjang masa karena solidaritas merupakan salah satu barometer keseimbangan ibadah. Di mana ibadah yang dilakukan dengan benar sesuai dengan ketentuan syara’ dapat mendekatkan diri kepada Allah. Namun agar tidak terjebak dalam pengertian ibadah yang sempit, yakni ritual semta. Maka perlu dilakukan sebuah penyeimbangan. Nah menurut KH Abdul Chalim, penyeimbangan ini dapat dilaksanakan dengan terus menumbuhkan solidaritas dalam setiap sendi umat Islam.

Solidaritas ini sendiri, dapat berupa solidaritas politik maupun solidaritas sosial. Solidaritas politik artinya solidaritas bersama umat Islam untuk mencapai tujuan-tujuan kenegaraan dan kebangsaaan. Sedangkan solidaritas kemasyarakatan adalah kebersamaan umat Islam dalam menciptakan harmonisasi kehidupan sehari-hari. Sehingga kehidupan umat Islam tidak monoton, memandang nilai ibadah bukan hanya dari sisi ibadah ritual mahdah saja. Namun keseluruhan kehendak dan usaha untuk mewujudkan kehidupan yang selaras dengan prinsip-prinsip syariah juga merupakan bentuk ibadah kepada Allah SWT.

Dalam pandangan KH Abdul Chalim, kepasrahan total dan tawakkal kepada Allah SWT adalah hal yang senantiasa diri dan seluruh keluarga serta murid-muridnya. Namun demikian, KH Abdul Chalim juga sangat mengedepankan kompromi dalam mencapai kesepakatan-kesepakatan melalui musyawarah.

Sifat terbuka yang dimiliki oleh KH Abdul Chalim ini tidak lepas dari pengaruh yang ditorehkan oleh guru tercintanya, KH Wahab Hasbullah Jombang. Selama berguru kepada KH Wahab Hasbullah, Abdul Chalim telah mendarmabhaktikan hidupnya demi perkembangan ilmu di kalangan para santri. Di mana Nahdlatul Wathan merupakan tempat yang sangat baik bagi Abdul Chalim dalam berguru dan menularkan kemempuan ilmiahnya.

Pendekatan ilmiah terhadap masyarakat dengan interaksi sosial keagamaan dalam Nahdlatul Wathan merupakan salah satu sumbangsih KH Abdul Chalim. Bagi KH Abdul Chalim pendekatan sosial kepada masyarakat untuk menerapkan kaidah-kaidah keilmuan syariat bagi kehidupan masyarakat menupakan sebuah terobosan yang sangat urgen dalam menyebarkan konsep-konsep keislaman yang membumi.

Kondisi perjuangan fisik kala itu menjadikan konsep-konsep yang ditawarkan oleh KH Abdul Chalim dapat diterima oleh rekan-rekannya di Nahdlatul Wathan. Konsep-konsep yang dimaksudkan sebagai pendekatan sosial adalah membuat perbandingan-perbandingan kiasan antara kondisi-kondisi yang digambarkan dalam kitab-kitab kuning dengan kenyataan hidup yang dialami oleh masyarakat Nusantara saat itu. Yakni merealisasikan berdirinya sebuah negara merdeka yang dapat menaungi seluruh penduduknya dalam sebuah aturan yang disepakati bersama.

Dengan demikian, dalam pandangan KH Abdul Chalim, solidaritas warga tetap dapat dipertahankan setelah penjajahan berhasil dienyahkan dari Nusantara kelak. Pendapat-pendapatnya mengenai solidaritas masyarakat Muslim, khususnya di tanah jajahan Hindia Belanda ini didapatkannya dari pengalamannya selama berguru kepada para ulama. Sejak dari daerah sekitar tanah kelahirannya ketika kecil hingga ke darah-dararah lain di Jawa Barat maupun Jawa Timur. Di mana Pesantren Trajaya di Majalengka, Pesantren Kedungwuni di kadipaten dan Pesantren Kempek di Cirebon adalah tempat Abdul Chalim menimba ilmu semasa kecilnya.

Mendamaikan Sengketa para Senior
Pada tahun 1914 ketika usianya baru menginjak enam belas tahun, Abdul Chalim berkesempatan untuk menuntut menunaikan ibadah haji dan menuntut ilmu ke tanah Hijaz. Di sanalah Abdul Chalim sempat menimba ilmu secara langsung dari Abu Abdul Mu’thi, Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantani yang lebih tersohor dengan sebutan Imam nawawi al-Bantani.

Ketika menuntut ilmu di Hijaz inilah KH Abdul Chalim bertemu dengan berbagai ulama Nusantara dari daerah-daerah lainnya. Dari sinilah beberapa ulama ini kemudian menjadi teman sekaligus gurunya. Salah satu di antara ulama yang paling akrab sebagai teman sekaligus gurrunya ini adalah KH Wahab Hasbullah Jombang. Saat itu Abdul Chalim adalah anggota sekaligus pengurus Sarekat Islam (SI), termuda di Hijaz. Di mana SI adalah organisasi para ulama Nusantara yang berkonsentrasi untuk menentang kebijakan-kebijakan pemerintah penjajahan Hindia Belanda di Nusaantara. Melalui SI, kebijakan-kebijakan pemerintah jajahan yang tidak sesuai dengan syariat Islam dan sangat merugikan rakyat, ditentang secara konstitusional. Hingga pada gilirannya, para ulama pengurus SI kemudian menggabungkan diri ke NU setelah organisasi yang terakhir ini didirikan pada tahun 1926.

Selama menuntut ilmu di Mekkah inilah sifat moderat dan kompromi sebagi ulama yang berjiwa besar ditunjukkan oleh Abdul Chalim. KH Abdul Chalim-lah yang mendamaikan KH Wahab Hasbullah Jombang dan KHR Asnawi Kudus ketika keduanya terlibat sebuah persengketaan di Hijaz. Pada waktu itu kedua ulama yang sedang bersengketa ini merupakan senior sekaligus guru dari KH Abdul Chalim. Sementara itu Abdul Chalim juga patuh ketika KH Wahab Hasbullah menegurnya karena sering memperdengarkan kidung bergaya Pasundan ketika mereka sedang mengulang-ulang pelajaran.

Kelahirannya sebagai putra tunggal seorang kuwu di Majalengka menjadikan KH Abdul Chalim tidak cangung lagi ketika dilibatkan dalam berbagai kepengurusan di SI Hijaz. Demikian pun ketika ia kembali ke Tanah Air pada tahun 1917.

Sepulangnya dari tanah Suci, KH Abdul Chalim membantu orang tuanya di kampung untuk meringankan penderitaan rakyatnya akibat penjajahan belanda yang kian hari kian kejam saja.

Abdul Chalim terhitung menikahi empat orang wanita. Pada usia 21 tahun Abdul Chalim menikahi gadis Petalangan, Kuningan sebagai isteri pertama. Tiga tahun kemudian, Abdul Chalim menikahi Siti Noor, gadis asal Pasir Muncang Majalengka. Dalam perjalanan untuk mencari penghidupan ke daerah Jakarta sebagai pelayan toko dan kuli panggul di stasiun kereta api –meski dirinya adalah anak seorang kuwu, Abdul Chalim menyempatkan diri untuk mengajarkan ilmu agama kepada anak-anak di daerah Kramat Jati Jakarta. Ketika bekerja dan membuka pengajian di Kramat jati ini Abdul Chalim di dampingi oleh Istri keduanya, Siti Noor asal Majalengka.

Sedangkan isteri keempatnya dinikahi di tengah-tengah perjuangannya mengusir penjajahan Belanda seputar berkecamuknya pertempuran Surabaya ketika Resolusi Jihad dikumandangkan. Istrei ketiganya adalah Ny. Sidik Shindanghaji dari Leuwimunding. Sebelumnya, KH Abdul Chalim telah lebih dahulu menikahi Ny. Konaah sebagai isteri ketiga.

Tahun 1921 karena ayahnya meninggal dunia, maka KH Abdul Chalim kembali ke Majalengka dan memboyong istri pertamanya yang di Petalangan ke Leuwimunding. Sementara istri keduanya telah bercerai darinya. Namun karena situasi yang semakin tidak menentu, maka Abdul Chalim memulangkan kembali isterinya ini ke Petalangan demi alasan keamanan. Sementara Abdul Chalim sendiri kemudian mengabdikan diri sepenuhnya pada dunia pergerakan dan pendidikan.

Kenalkan Aswaja Hingga Level Terbawah

Abdul Chalim kemudian mengembara ke Surabaya untuk bergabung dengan teman-teman seperjuangannya. Di Surabaya, atas jasa Kyai Amin Peraban, Abdul Chalim bertemu kembali dengan KH Wahab Hasbullah senior sekaligus gurunya selama di Hijaz. Karena hubungan baiknnya, KH Abdul Chalim kemudian dipercaya sebagai pengajar di Nahdlatul Wathan di kampong Kawatan VI Surabaya. Selain mengajar KH Abdul Chalim juga dipercaya sebagai pengatur administrasi dan inisiator kegiatan belajar mengajar seta pembukaan forum-forum diskusi.

Sebagai seorang santri Pasundan yang pandai berkidung dan menguasai ilmu Balaghoh (sastra Arab kuno) maka KH Abdul Chalim kemudian banyak sekali menciptakan syair-syair berbahasa Arab untuk memompa semangat perjuangan santri-santri yang tergabung di dalam Nahdlatul Wathan.

Kedekatan KH Abdul Chalim dengan KH Wahab Hasbullah menjadikan yang pertama sebagai pengikut setia sekaligus semacam asisten bagi nama kedua. Melalui aktivitasnya di Nahdlatul Wathan inilah KH Abdul Chalim menerapkan gagasan-gagasan keagamannya tentang interaksi sosial dan solidaritas politik dan kebangsaan dalam masyarakat. Selain nahdlatul Wathan, KH Abdul Chalim juga tercatat sebagai pengajar di Tashwirul Afkar Surabaya.

Selama mengabdi di Surabaya, berkali-kali KH Abdul Chalim pulang ke Majalengka untuk menyampaikan kabar-kabar terbaru dari Surabaya yang kala itu merupakan pusat perjuangan kaum santri dalam membebaskan bangsa dari belenggu penjajahan dan kebodohan umat. Setiap pulang ke Majalengka, KH Abdul Chalim selalu mendatangi rumah-rumah penduduk untuk mengajarkan dan memperkenalkan faham Ahlussunnah Waljamaah. KH Abdul Chalim selalu membagi-bagikan gambar-gambar dan surat kabar Swara Nahdlatoel Oelama kepada masyarakat di daerah Majalengka dan sekitarnya.

Tahun 1942 ketika ormas-ormas Islam dibekukan oleh pemerintah penjajahan Jepang, KH Abdul Chalim mendapat dua tantangan besar di daerahnya. Intervensi Jepang kepada para pemuda untuk bergabung dalam pasukan militer Jepang dan kebanggan para pemuda untuk menjadi komunis merupakan dilema yang sangat sulit dihadapi.

Dalam situasi inilah KH Abdul Chalim membentuk Hizbullah cabang majalengka bersama KH Abbas Buntet Cirebon. Hizbullah Majalengka kemudian bahu membahu bersama dengan kelompok-kelompok pejuang lainnya, baik dari laskar-laskar santri maupun laskar-laskar pemuda lainnya untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

Pada tahun 1955 KH Abdul Chalim menjadi anggota DPR dari partai NU dari perwakilan Jawa Barat. Sejak saat ini perjuangan KH Abdul Chalim lebih dititikberatkan pada pemberdayaan warga NU Jawa Barat dengan membentuk berbagai wadah pemberdayaan masyarakat seperti PERTANU (Perkumpulan Petani NU), PERGUNU (Perkumpulan Guru NU) dan pendirian lembaga-lembaga pendidikan NU di Jawa Barat lainnya.

Pada suatu hari tanggal 11 April 1972 M., selepas menunaikan ibadah sholat KH Abdul Chalim menghadap Ilahi dengan tenang dan dimakamkan di kompleks pesantren Sabilul Chalim Leuwimunding, Majalengka. (Syaifullah Amin, Disarikan dari buku "KH Abdul Chalim Kenapa Harus Dilupakan?" karya J. Fikri Mubarok)

Berdzikir Memakai Tasbih
20/01/2009

Ada beberapa amalam berupa dzikir atau shalawat yang ditentukan bilangannya. Seperti sehabis shalat wajib disunnahkan membaca "Subhanallah" sebanyak 33 kali. "Alhamdulillah" 33 kali, "Allahu akbar" 33 kali dan "La Ilaha illallah" 100 kali. Demikian pula membaca shalawat nariyah 4444 kali.

Untuk mencapai bilangan itu, biasanya orang-orang memakai tasbih. Ada yang mengklaim bahwa penggunaan tasbih itu adalah bid’ah, sebab tidak ada pada zaman Rasulullah SAW. Lalu bagaimana sebetulnya?

Tasbih dalam bahasa Arab disebut dengan as-subhah atau al-misbahah. Yaitu untaian mutiara atau manik-manik dengan benang yang biasa digunakan untuk menghitung jumlah tasbih (bacaan Subhanallah), doa dan shalawat. Dan ternyata pada masa Rasulullah pemakaian tasbih ini sudah dilaksanakan. Dalam sebuah hadits dijelaskan:

“Diriwayatkan dari Aisyah binti Sa’d bin Abi Waqash dari ayahnya bahwa dia bersama Rasulullah SAW pernah masuk ke rumah seorang perempuan. Perempuan itu memegang biji-bijian atau krikil yang digunakan untuk menghitung bacaan tasbih. Lalu Rasulullah SAW bersabda:

أُخْبِرُكِ بِمَا هُوَ أَيْسَرُعَلَيْكِ مِنْ هَذَا أوْ أفْضَلُ فَقَالَ قُوْلِيْ سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ مَاخُلَقَ فِي السَّمَاءِ، سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ مَاخُلِقَ فِي الأرْضِ، سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ مَابَيْنَ ذَلِكَ، سُبْحَانَ الله عَدَدَ مَاهُوَ خَالِقٌ، وَاللهُ أكْبَرُمِثْلَ ذَلِكَ‘وَالْحَمْد ُلِلّهِ مِثْلُ ذَلِكَ، وَلَاإلهَ إلَّااللهُ مِثْلَ ذَلِكَ‘وَلَاحَوْلَ وَلَاقُوَّةَ إلاَّباِللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ مَثْلُ ذَلِكَ

Aku akan memberitahu dirimu hal-hal yang lebih mudah kamu kerjakan atau lebih utama dari menggunakan kerikil ini. Bacalah “Maha Suci Allah” sebanyak bilangan makhluk langit, “Maha Suci Allah” sebanyak hitungan makhluk bumi, “Maha Suci Allah” sebilangan makhluk antara langit dan bumi, “Maha Suci Allah” sebagai Sang Khaliq. “Segala Puji Bagi Allah” seperti itu pula (bilangannya), “Tiada Tuhan Selain Allah” seperti itu pula, ”Allah Maha Besar” seperti itu pula, dan ”Tidak Ada Upaya dan Kekuatan Seian dari Allah” seperti itu pula." (HR Tirmidzi)

Menomentari hadits ini Abi al-Hasanat Abdul Hayyi bin Muhammad Abdul Halim al-Luknawi dalam Nuzhah al-Fikri fi Sabhah ad-Dzikr mengatakan, Rasulullah SAW tidak mengingkari apa yang dilakukan wanita itu. Hanya saja beliau bermaksud untuk memudahkan dan meringankan wanita itu serta memberi tuntutan bacaan yang umum dalam tasbih yang memiliki keutamaan yang besar.

Bertolak dari pendapat ini, kami bisa memahami bahwa para sahabat sudah biasa menggunakan biji-bijian atau kerikil untuk mempermudah di dalam menghitung dzikir-dzikir yang dibaca sehari-hari. Dan hal itu ternyata tidak pernah dipungkiri oleh Rasulullah SAW.

Ini membuktikan bahwa Nabi mengamini (setuju) terhadap apa yang dilakukan oleh para Sahabat itu. Oleh sebab itu, memakai tasbih dalam berdzikir bukannya bid’ah dhalalah (hal baru yang menyesatkan) sebagaimana yang diklaim oleh beberapa orang selama ini. Sebab jika memang menggunakan tasbih itu termasuk hal-hal yang menyesatkan niscaya sejak awal Rasul sudah melarang para sahabat untuk memakainya.


KH Muhyiddin Abdushomad
Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam, Ketua PCNU Jember

Senin, 19 Januari 2009


KADER ANSOR (SATKORNAS BANSER)PIMPIN LKB.

Jakarta (GP-Ansor): Gubernur DKI Jakarta Dr Ing Fauzi Bowo mengukuhkan H Tatang Hidayat yang juga menjabat Ketua Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda (GP) Ansor sebagai Pimpinan Lembaga Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) periode 2009-2012 di Gedung Nyi Ageng Serang, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (15/1) sore. Gubernur mendesak agar pengurus LKB baru bisa menuntaskan pembebasan lahan di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Jagakarsa Jakarta Selatan.

Selain itu, LKB juga dituntut untuk memperkenalkan budaya Betawi ke mancanegara. Kepengurusan LKB baru ini dipimpin H Tatang Hidayat yang kini juga menjabat PLH Ketua Umum PP GP Ansor , menggantikan Biem T Benyamin setelah melalui fit dan propert test yang diselenggarakan oleh Badan Pendiri LKB yang beranggotakan delapan orang beberapa waktu lalu di Jakarta.

Gubernur yang akrab disapa Foke itu mengaku senang dengan adanya kepengurusan baru LKB di bawah ketua umum Tatang Hidayat yang bersifat defenitif. “Bekerja untuk organisasi ini, jangan setelah terbentuk kepengurusan malah cari urusan (ribut),” ujar Foke, Kamis (15/1). Foke berharap, ke depannya kepengurusan baru ini mampu mengangkat dan mempertahankan kemajuan budaya Betawi hingga diperhitungkan baik di tingkat nasional maupun internasional.

“LKB ini punya potensi untuk mengembangkan budaya Betawi di tingkat internasional. Karena itu kepada para pengurus saya meminta agar betul-betul menjalankan amanah ini,” pesannya. Dalam kesempatan itu, mantan Wakil Gubernur di era Sutiyoso ini juga memerintahkan langsung kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta agar dapat membantu secara langsung dan efektif kepada LKB dalam memajukan budaya Betawi. “Ini yang minta gubernur yang kebetulan orang Betawi. Jadi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan punya kewajiban untuk mengembangkan budaya Betawi. Ini serius,” tegas Foke yang disambut gemuruh para tamu undangan yang hadir pada acara tersebut.

Pada kesempatan itu pula, Foke mendesak LKB serta lembaga terkait dapat mewujudkan kemajuan bagi perkampungan budaya Betawi. “Dalam waktu dekat kalau bisa perkampungan budaya Betawi Setubabakan harus segera dibebaskan oleh Pemprov DKI,” tegasnya. Dalam kepemimpinannya kali ini, gubernur tidak ingin kembali mengulangi kegagalan di masa lalu mengenai pembebasan perkampungan budaya Betawi Setubabakan, Jagakarsa.

Sementara itu, Tatang Hidayat yang juga Kepala Satkornas Banser PP GP Ansor ini mengatakan, dalam waktu dekat target yang akan dicapainya adalah memperkenalkan dan membawa masuk kesenian budaya Betawi ke hotel berbintang yang ada di Jakarta. “Biar tamu-tamu hotel itu mengenal kebudayaan Betawi,” tegas Tatang.

Selain itu Tatang juga tetap akan melanjutkan dan mempertahankan program-program LKB yang belum selesai pada kepemimpinan sebelumnya. “Kita akan teruskan membawa dan memperkenalkan budaya Betawi ke mancanegara,” pungkasnya. [eko]

Nyai Hj Farida Muhcit Muzadi telah pulang kerahmatullah

19 Januari 2009 by Syahrul

jakarta timur,[GP-Ansor] : Warga NU kehilangan salah satu tokoh terbaiknya, Nyai Hj Farida Muhcit Muzadi. Beliau menghembuskan napas terakhir dalam usia 77 tahun saat dirawat di RSI Surabaya karena sakit. Adapun Alm Nyai Muchit adalah istri KH Muchit Muzadi, sesepuh PBNU. “Meninggal waktu dirawat di RSI, tadi pukul 01.10 WIB,”

Demikian dikatakan KH Muchit Muzadi kepada wartawan di kediaman Jalan Kalimantan, Jember Senin 19 Januari 2009.

Dikatakan Kiai Muchit, sejak akhir Desember 2008 istrinya memang dirawat di RSI Surabaya,” katanya singkat tanpa menjelaskan penyakit yang diderita sang istri.

Sang suami, Kyai Muchit yang juga kakak kandung Ketua PBNU Hasyim Muzadi menemani istri tercintanya hingga menghembuskan nafas terakhir.

Sementara Nyai Muchit meninggalkan seorang suami dan 8 anak serta 17 cucu. Sedangkan jenazahnya disemayamkan di Masjid Sunan Kalijogo yang bersebelahan dengan rumah tinggalnya di Jalan Kalimantan. Jenazah dimakamkan pukul 14.00 WIB di Pemakaman Umum Jalan Kalimantan.

Sebelum dimakamkan, ratusan pelayat terdiri dari kalangan pejabat di Kabupaten Jember dan Bondowoso, anggota DPRD, kyai se Jember dan akademisi memenuhi masjid. Mereka menggelar tahlilan bersama. Nyai Muchit merupakan tokoh Muslimat Nasional, selain mendampingi suaminya Kyai Muchit Muzad. syahrul

Minggu, 18 Januari 2009


GADIS PALESTINA MENANGIS............


Kebiadaban Zionis israel di gaza dan tidak berdayanya negara dan negara internasional untuk menghentikan pembantaian di gaza....

Kini gadis palestina sedang menangis di GAZA,kita bangsa indonesia yang mayoritas Umat islam Cuma bisa berada ditahap ke empat dalam perselisihan palestina-israel.
tahap perrtama,Fatah,hamas dan Fraksi palestina lainnya bersedia bersatu
tahap ke dua, negara Arab mau bersatu
tahap ketiga,AS dan negara eropa lainnya tiba-tiba berbaik hati pada palestina
tahap ke empat,barulah indonesia dengan negara lainnya,ya paling-paling juga bisa kirim pasukan perdamaian.......

setelah bumi palestina dihancurkan tentara zionis israel,beru deh AS dan negara eropa lainnya berbaik hati.................................

kita Umat Muslim di indonesia Hanya dapat berdo'a untuk saudara2ku di palestina
kuatakan hati,iman dan tegarlah dalam menghadapi semua ini....................................

yakinlah wahai saudaraku tak ada kekuatan apaun selain kekuatan Allah SWT..........





Ya Allah bantulah saudara-saudara kami dipalestina yang saat ini sedang berperang melawan tentara yahudi yang ingin menghancurkan islam....
Ya Allah hnacurkanlah orang-orang yahudi yang sudah membubunuh saudara-saudaraku,sebagaimana engkau telah mengirimkan Burung ababil tuk menghancurkan pasukan gajah diwaktu itu....
ALLAHU AKBAR........ALLAHU AKBAR........ALLAHU AKBAR........

NEGARA JAYA
ISLAM YANG BENAR